16 Maret 2013, Barca kembali ke San Siro menghadapi Milan di Champions League. Musim lalu Barca bermain 2 kali di San Siro. Di penyisihan grup mereka berhasil mengalahkan AC Milan dengan skor 2-3 dan di perempat final leg pertama mereka bermain imbang 0-0. Barca ke San Siro dengan full team tapi sedikit bermasalah dengan kondisi fisik mereka karena jadwal yang padat. Xavi yang sebelumnya mengalami cedera juga berhasil sembuh dan memperoleh izin bermain dari tim medis. Diluar dugaan AC Milan kali ini bermain bertahan meski bertanding di San Siro. Milan menumpuk pemain di pertahanan mereka dan mengandalkan serangan balik. Hal ini membuat Barca kebingungan saat memegang bola karena tidak ada satupun pemain Barca di kotak pinalti Milan. Dibabak kedua, Barca bermain tidak lebih baik. Hal ini dimanfaatkan oleh Milan dengan mencetak 2 gol melalui Boateng dan Muntari. 2-0 untuk Milan dan menipiskan peluang Barca untuk lolos ke babak perempat final Champions League musim ini.
10 hari kemudia, tanggal 26 Februari, Barca menjamu Real Madrid dalam leg kedua Copa del Rey. Di leg pertama Barca berhasil menahan imbang Madrid dengan skor 1-1. Namun, Barca kembali bermain buruk dan bingung ketika menyerang. Dan kelemahan dalam mengantisipasi serangan balik membuat Ronaldo berhasil mencetak 2 gol untuk Madrid. Sundulan Varane setelah mendapatkan umpan melalui tendangan penjuru seperti halnya gol dia di leg pertama membuat Barca takluk untuk pertama kalinya di Camp Nou musim ini. Kritikan dan keraguan pun mulai muncul kepada Barca. Taktik tiki taka mereka dinilai sudah usang dan mudah ditebak oleh lawan.
3 hari kemudian, 2 Maret, Barca dan Madrid kembali bertemu. Kali ini dalam pertandingan liga Jornada ke 26. Madrid tetap bermain seperti pola mereka ketika melawan Barca, bermain menunggu dan mengandalkan serangan balik yang cepat. Gol cepat Benzema berhasil dibalas oleh Messi. Setelah itu Madrid yang bermain didukung penuh suporternya bermain menguasai pertandingan. Barca kembali tidak dapat mengembangkan permainannya. Mereka seperti kehilangan kepercayaan diri dan bingung dalam melakukan serangan. Gol sundulan Ramos akhirnya memenangkan Madrid. Antisipasi dalam tendangan penjuru menjadi titik lemah Barca selain antisipasi serangan balik. Kririkan dan keraguan semakin besar terhadap Barca. Dan kali ini juga kritikan menerpa Messi yang dinilai gagal dalam pertandingan besar musim ini. Media mulai menyiratkan kalau ini adalah akhir dari era FC Barcelona di sepakbola. Pemain, staff dan para suporter terpukul dengan hasil buruk beruntun ini.
Sampai akhirnya 12 Maret Barca akan menjamu AC Milan dalam leg kedua babak perdelapan final Champions League. Banyak yang meramalkan kalau Barca tidak akan lolos ke babak selanjutnya. Karena Barca gagal membalikan keadaan saat melawan Inter Milan di semifinal 2009-10 dan Chelsea di semifinal 2011-12. Kedua tm bermain bertahan total, dan AC Milan diperkirakan akan bermain bertahan total kembali. Sejarah pun tidak mendukung Barca, tidak ada tim di Champions League sebelumnya yang mampu membalikan keadaan dan lolos ke babak berikutnya setelah kalah 0-2 di pertandingan pertama. Dan tidak sedikit pula banyak suporter Barca di dunia, termasuk di Indonesia yang sudah pesimis dengan peluang Barca yang dinilai hanya 20% untuk lolos ke babak perempat final.
Namun, hal itu tidak berlaku untuk suporter Barca di Catalan. Tidak ada satupun kursi kosong di Camp Nou untuk pertandingan Barca melawan Milan. Semua tiket sudah terjual. 94.944 penonton sudah siap memberikan dukungan penuh kepada Barca dan mengusung misi Remuntada atau come back. Para suporter percaya kalau tim ini masih bisa melakukan sesuatu dan membalikan keadaan. Mereka berjuang total dibelakang tim. Tidak ada satupun keraguan dari mereka. Termasuk semua pemain Barca dari Barca B, La Masia sampai pemain Barca dari cabang olahraga lain seperti basket, futsal, bola tangan dan hoki. Remuntada melawan Milan seperti menjadi final pertama Barca musim ini.
Jordi Roura, assisten pelatih Barca yang bertugas memegang tim disaat Tito absen pun tetap tenang. Dan pastinya Tito dan Roura sudah menyiapkan sesuatu untuk misi Remuntada kali ini. Melawan Milan kali ini Barca bermain menyerang total. Tito / Roura akhirnya menurunkan David Villa sejak awal. Starting line up Barca menurunkan Valdes, Alba, Pique, Mascherano, Busquets, Xavi, Iniesta, Alves, Pedro, Messi dan Villa. Ini mirip dengan starting line up Champions League final 2011 melawan Manchester United di Wembley. Tito / Roura memainkan pola yang hampir sama ketika Barca melawan Madrid di Barnebue musim lalu di era Pep. Formasi 3-3-1. Menurunkan 3 bek dengan Pique menjadi poros. Mascherano serta Alba disayap. Di tengah, Iniesta kembali bermain bersama Xavi dengan ditopang oleh Sergio. Alves berada di sayap kanan, Pedro di sayap kiri dan Messi bergerak bebas diantara mereka. Villa sebagai penyerang tunggal yang bermain untuk merusak dan memecah konsentrasi lini belakang Milan sehingga menimbulkan banyak celah kosong yang bisa dimanfaatkan oleh Messi dan pemain lainnya.
Barca membutuhkan gol cepat untuk menambah kepercayaan diri mereka dan membuat Milan tertekan. Akhirnya sebuah permainan luar biasa melalui umpan cepat dari Sergio, Messi dan Xavi berhasil di konversi menjadi gol oleh Messi di menit ke 5. Camp Nou pun bergemuruh menyambut gol Messi. Keyakinan itu semakin bertambah. Dan setelah itu terbukti Milan bermain tertekan sepanjang 30 menit dan sering melakukan kesalahan sendiri. Sementara Barca membuktikan kalau gaya main mereka belum lah usang dan berakhir. Mereka tetap bermain dengan gaya yang sama namun terbukti adanya Villa membuat Messi bermain lebih bebas dan leluasa. Meski demikian, bermain dengan 3 bek memang menimbulkan resiko ketika serangan balik. Melalui serangan balik dan kesalahan Mascherano, Niang berhasil lepas sendiri dan berhadapan dengan Valdes. Beruntung tendangan Niang membentur tiang gawang. Tidak lama setelah itu, Messi mencetak gol keduanya. Iniesta berhasil memotong bola dari Ambrosini dan memberikan umpan cepat kepada Messi. Dengan tendangan keras dari kotak pinalti, Messi menaklukan Abiati. Skor 2-0 dan aggregat menjadi 2-2 menutup babak pertama.
Dengan aggregat 2-2, Milan pasti akan bermain lebih menyerang dan menimbulkan beberapa celah kosong dilini pertahanan. Tidak ada perubahan skema dan pemain dari Barca dibabak kedua. Mereka tetap bermain menyerang. Villa akhirnya berhasil mencetak gol ketiga, setelah memanfaatkan umpan dari Xavi, dia menyelesaikan dengan sebuah tendangan kaki kiri yang indah ke pojok gawang Milan. Di akhir pertandingan, Jordi Alba memastikan langkah Barca lolos ke babak perempat final melalui gol nya setelah Barca melakukan serangan balik yang cepat melalui Messi dan Alexis. Permainan Barca malam itu sangat spektakuler. Mereka memainkan sepakbola terbaik mereka musim ini dan salah satu yang terbaik dalam sejarah sepakbola. Mereka membuktikan tidak perlu merubah gaya main, karena gaya main Barca sejak dahulu seperti ini dan akan tetap bertahan seperti ini. Sepakbola menyerangan dengan umpan cepat dari kaki ke kaki.
Ada beberapa poin penting mengapa Barca bisa bermain luar biasa melawan Milan kali ini. Para pemain mampu menekan Milan sejak Milan memegang bola di lini pertahanan dia. Villa menjadi orang pertama yang melakukan pertahanan. Kemudian Pedro dan Alves melakukan pertahanan dari sayap. Messi, Xavi, Iniesta dan Sergio menutup lini tengah. Pemain berlari diseluruh lapangan untuk menutup serangan Milan dari awal. Sesuatu yang seperti hilang dari Barca musim ini. Taktik bertahan yang diperkenalkan oleh Pep. Bertahan melalui serangan. Akhirnya pola ini muncul kembali, dan terbukti para pemain berhasil menekan pemain Milan. Pemain Milan tidak leluasa memegang bola dan akhirnya melakukan kesalahan atau berhasil dengan cepat dipotong oleh Sergio dan Mascherano. Barca harus tetap memainkan sepakbola seperti ini.
Poin lainnya adalah lini bertahan. Lini bertahan Barca musim ini banyak menerika kritik karena sulit untuk cleen sheet. Memainkan 3 bek tentu bukan perkara yang mudah. Kepintaran Tito / Roura disini. Dia lebih memilih Mascherano daripada Puyol. Dengan 3 bek memang dibutuhkan pemain yang mempunyai kecepatan. Mascherano memilikinya. Puyol sudah tidak secepat 2-3 musim lalu. Diluar blunder dia terhadap Niang, Mascherano berhasil tampil sempurna. Dia mampu memotong aliran bola Milan dengan cepat dan sebelum mencapai kotak pinalti Barca. Gol Villa contohnya, dia berhasil memotong bola di lini tengah dan kemudian jatuh ke kaki Xavi yang memberikan umpan kepada Villa. Salah satu kelemahan Barca musim ini juga adalah dua bek sayap mereka yang memiliki naluri menyerang yang tinggi. Alba dan Alves. Sering kali Barca kebobolan melalui serangan balik ketika dua pemain ini naik menyerang. Barca kehilangan sosok Abidal yang mampu menjaga keseimbangan bertahan ketika Alves menyerang. Kali ini Tito / Roura, memberikan tugas Abidal kepada Alba. Alba diharuskan fokus bertahan. Tidak perlu membantu serangan. Terbukti Alba mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan kecepatan dia pula berhasil menutup lini belakang Barca. Alba berhasil mengontrol sisi agresif dia sepanjang 90 menit dan diakhir pertandingan Alba akhirnya naik menyerang dan mencetak gol.
Poin terakhir adalah suporter Barca di Camp Nou dan tentunya di Barcelona. 94.944 orang yang menyaksikan di Camp Nou tidak ada satupun keraguan ada dalam diri mereka. Mereka telah belajar bagaimana mendukung tim kesayangan mereka. Sebelum pertandingan selesai, tidak ada kata lelah dan menyerah dari mereka dalam memberikan dukungan kepada Barca. Pernah ada suatu tim yang sudah ketinggalan 0-2 di leg pertama, ketika bermain di leg kedua dengan status tuan rumah, stadion tidak terisi penuh. Banyak yang lebih memilih menyaksikan dirumah daripada menghabiskan uangnya untuk membeli tiket menonton langsung pertandingan di stadion karena peluang tim kesayangannya sangat ti;pis setelah kalah 0-2. Hal ini tidak berlaku untuk suporter Barca disana. Hal ini sesuai dengan salah satu kata dalam lagu kebangsaan Barca, Cant del Barca. Tots Units Fem Forca yang artinya bersama kita kuat. Dengan dukungan suporter yang penuh, menguatkan para pemain untuk berjuang di lapangan. Dan juga dukungan dari para staff yang mencoba memompa semangat tim dengan mosaik bertuliskan 'Som Un Equip' sebelum pertandingan yang artinya kita adalah tim. Ya dengan staff, pemain dan suporter bersatu maka kita akan menjadi kesatuan tim yang kuat. Dan terbukti, kali ini para pemain mampu membayar lunas dengan manis keyakinan dan dukungan mereka. Forca Barca!